Di Minangkabau, pengasuhan anak adalah urusan kolektif, bukan hanya tanggung jawab orang tua biologis. Salah satu praktik sosial yang paling unik dalam memelihara ikatan kekerabatan adalah sistem Manyawuang atau sering disebut Pengasuhan Silang.
Manyawuang secara harfiah dapat diartikan sebagai “menghubungkan” atau “menjalin”. Dalam konteks pengasuhan, ini merujuk pada praktik di mana anak-anak Minangkabau menghabiskan waktu, bahkan tinggal, di rumah kerabat dekat mereka, bisa di rumah Uda (kakak laki-laki ibu), Mak Tuo/Mak Etek (bibi), atau yang paling khas, di rumah kerabat Bako (pihak ayah).
Membangun Jaringan di Rumah Bako
Meskipun sistem adat Minangkabau adalah Matrilineal (garis keturunan mengikuti ibu), peran pihak ayah dan keluarganya (Bako) sangat vital, terutama dalam hal kasih sayang dan dukungan moral.
Manyawuang ke rumah Bako memiliki makna yang mendalam:
-
Penguatan Pihak Ayah: Anak yang tinggal sementara di rumah Bako diperkenalkan lebih dekat dengan jaringan kekerabatan pihak ayah. Ini menyeimbangkan orientasi anak yang secara adat kuat ke pihak ibu (suku).
-
Mendapatkan Kasih Sayang Khusus: Keluarga Bako memiliki peran adat untuk memanjakan dan memberikan dukungan emosional yang kuat kepada anak dari saudara laki-laki mereka. Momen Manyawuang adalah kesempatan untuk mempererat ikatan kasih sayang yang khas ini.
Manfaat Sosial dan Pendidikan
Sistem Manyawuang bukan hanya tentang tinggal di tempat lain; ia adalah sekolah sosial yang tak tertulis bagi anak-anak Minang:
-
Fleksibilitas Sosial: Anak belajar beradaptasi dengan lingkungan, aturan, dan kebiasaan yang berbeda dari rumahnya sendiri. Ini menumbuhkan fleksibilitas dan kemandirian sejak dini.
-
Memperluas Hubungan: Anak secara otomatis membangun hubungan dekat dengan sepupu dan kerabat lain di nagari yang mungkin jarang ditemui. Jaringan kekerabatan yang luas ini sangat berharga saat mereka dewasa, terutama saat merantau.
-
Pendidikan Adat: Di rumah Mamang (paman dari pihak ibu) atau Uda, anak dapat belajar langsung tentang tugas dan tanggung jawab seorang laki-laki dalam adat, terutama jika Manyawuang dilakukan pada usia remaja.
Filosofi Gotong Royong Pengasuhan
Inti dari Manyawuang adalah filosofi Minangkabau tentang gotong royong dalam membesarkan generasi penerus. Dalam adat, seorang anak adalah tanggung jawab bersama suku dan seluruh nagari.
Praktik pengasuhan silang ini mengajarkan bahwa dalam komunitas yang kuat, tidak ada anak yang merasa sendirian atau terpinggirkan. Setiap rumah adalah rumah yang aman, dan setiap kerabat adalah sosok yang dapat diandalkan.
Sistem Manyawuang adalah kearifan budaya yang luar biasa. Ia adalah mekanisme sosial yang efektif untuk memperluas jangkauan kasih sayang, menguatkan ikatan kekerabatan yang kompleks, dan mempersiapkan anak-anak Minang menjadi individu yang matang dan terintegrasi penuh dalam jaringan sosial mereka, sebelum tiba saatnya mereka dilepas ke rantau yang luas.



