Tidak ada elemen arsitektur yang lebih identik dengan Minangkabau selain Gonjong, empat atau enam sudut runcing yang melengkung tajam, menyerupai tanduk kerbau, yang menghiasi atap Rumah Gadang. Gonjong adalah mahkota Rumah Gadang, dan ia bukan hanya hiasan. Dalam adat, bentuk dan jumlah gonjong mengandung filosofi yang dalam dan wajib dipatuhi.
Salah satu pertanyaan kunci mengenai arsitektur ini adalah, Mengapa jumlah Gonjong pada atap Rumah Gadang selalu ganjil, yaitu tiga, lima, atau tujuh?
Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada sinkronisasi antara konstruksi fisik rumah dengan prinsip-prinsip spiritual dan sosial adat.
1. Filosofi Ganjil: Lambang Keseimbangan dan Kekuatan Spiritual
Dalam banyak kebudayaan Timur, termasuk Minangkabau, angka ganjil diyakini memiliki kekuatan spiritual, membawa keberuntungan, dan melambangkan keseimbangan yang sempurna. Filosofi ini diterapkan langsung pada Gonjong:
-
Keutuhan dan Kesatuan: Angka ganjil melambangkan keutuhan dan kesatuan. Dalam konteks Rumah Gadang, ini berarti kesatuan dalam keluarga besar, kesatuan suku, dan kesatuan dalam mematuhi adat.
-
Pembeda dari Kehidupan Biasa: Struktur adat yang penting seringkali ditandai dengan angka ganjil (misalnya, Luhak Nan Tigo atau Niniak Mamak Nan Sapuluah). Dengan menggunakan gonjong ganjil, Rumah Gadang ditetapkan sebagai bangunan yang memiliki fungsi dan nilai yang melampaui rumah tinggal biasa—ia adalah rumah adat.
2. Jumlah Ganjil dan Makna Adatnya
Angka ganjil pada gonjong seringkali tidak dipilih secara acak, tetapi disesuaikan dengan status atau ukuran Rumah Gadang serta jumlah ruang (bilik) yang ada di dalamnya.
Tiga Gonjong
Jika Gonjong berjumlah tiga, ini sering dikaitkan dengan:
-
Luhak Nan Tigo (Tiga Wilayah Inti Adat Minangkabau: Tanah Datar, Agam, Lima Puluh Kota).
-
Melambangkan Tiga Pilar Kehidupan: Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (Adat berdasarkan Syariat, Syariat berdasarkan Kitabullah/Al-Qur’an).
Lima Gonjong
Jumlah lima sangat umum dan sering dikaitkan dengan:
-
Limo Suku (Lima Suku Besar).
-
Lima Rukun Islam.
-
Melambangkan Lima Nilai Dasar dalam Musyawarah Adat.
Tujuh Gonjong
Jumlah tujuh sering ditemukan pada Rumah Gadang yang sangat besar dan penting (seperti di Kerajaan Pagaruyung), melambangkan:
-
Tujuh Tingkat Langit atau Tujuh Lapisan Bumi.
-
Tujuh Tingkat Rajo Adat.
-
Melambangkan kemakmuran dan wilayah kekuasaan yang luas.
Filosofi Bentuk: Tanduk Kerbau dan Kejayaan
Bentuk melengkung tajam (gonjong) yang menyerupai tanduk kerbau juga memiliki legenda dan filosofi tersendiri. Legenda Minangkabau menceritakan kemenangan kerbau mereka dalam pertarungan melawan kerbau Jawa, di mana kerbau Minang yang cerdik menggunakan tanduknya yang tajam untuk memenangkan pertarungan.
Oleh karena itu, Gonjong adalah simbol:
-
Keberanian dan Ketegasan: Melambangkan semangat juang dan mentalitas pantang menyerah.
-
Kemenangan dan Kejayaan: Mengingatkan pada kejayaan masa lalu dan harapan masa depan.
Gonjong adalah arsitektur yang hidup. Ia bukan sekadar atap penahan hujan, tetapi sebuah prasasti filosofis yang berdiri kokoh. Jumlahnya yang ganjil menegaskan kesakralan adat, sementara bentuknya yang unik menyatakan identitas dan sejarah kebudayaan Minangkabau di mata dunia.



