Di tengah khazanah kuliner Nusantara yang menjadikan ketupat sebagai simbol utama perayaan, Minangkabau memiliki varian khusus yang menonjolkan kekayaan rasa dan makna filosofis, Ketupek Ketan Santan (Ketupat Ketan Santan). Hidangan ini berbeda dengan ketupat biasa yang terbuat dari beras putih dan dimakan dengan gulai; Ketupek Ketan Santan adalah kudapan manis-gurih yang terbuat dari beras ketan dan dimasak bersama santan kental, menjadikannya makanan yang kaya rasa dan tekstur.
Ketupek Ketan Santan bukan hanya suguhan lezat. Kehadirannya dalam acara adat dan perayaan menunjukkan nilai-nilai persatuan, kebersamaan, dan ketahanan, yang terjalin melalui setiap butir ketan yang menyatu padu.
Proses Ketupat: Daun Kelapa dan Kesabaran
Proses pembuatan Ketupek Ketan Santan dimulai dengan seni menganyam janur (daun kelapa muda) menjadi wadah berbentuk kantung berlian yang ikonik. Namun, yang membedakannya adalah isiannya. Beras ketan putih dicampur dengan santan kelapa kental dan sedikit garam, lalu dimasukkan ke dalam anyaman janur tersebut.
Ketupek kemudian dimasak dengan cara direbus dalam waktu yang relatif lama. Proses memasak yang memakan waktu ini mengajarkan prinsip kesabaran (saba) dan ketekunan (bakureh), yang merupakan etos penting dalam adat Minangkabau. Hasil akhir adalah ketupat yang padat, berminyak, dan memancarkan aroma khas santan dan janur yang harum.
Pemasakan yang lama memastikan setiap butir ketan menyatu sempurna, menghasilkan tekstur yang lengket dan pasisak (padat).
Ketan dan Santan: Simbol Kelekatan dan Kemakmuran
Bahan baku Ketupek Ketan Santan memiliki makna filosofis yang kuat:
-
Ketan (Katan): Sama halnya dengan Nasi Kunyik, ketan melambangkan kelekatan (malakek) dan persatuan yang erat dalam sebuah kaum atau keluarga. Teksturnya yang lengket menjadi harapan agar hubungan kekerabatan tidak mudah terpisah atau rapuh.
-
Santan (Santan): Santan, yang berasal dari perasan kelapa, adalah simbol dari kemakmuran dan kesejahteraan. Kelapa adalah pohon serbaguna yang melambangkan kekayaan alam yang melimpah (Alam Takambang Jadi Guru). Pemasakan dengan santan kental menegaskan bahwa hidangan ini disajikan dengan kemewahan dan kerelaan hati.
Perpaduan gurihnya santan, rasa manis alami ketan, dan aroma khas janur menciptakan hidangan yang kompleks, merefleksikan keragaman rasa dan pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat.
Peran Sentral dalam Perayaan dan Jalinan Silaturahmi
Ketupek Ketan Santan merupakan hidangan wajib dalam perayaan besar, terutama Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam momen Lebaran, Ketupek Ketan Santan sering disajikan bersama lauk pauk manis lainnya atau dimakan sebagai camilan penutup.
Kehadiran Ketupek Ketan Santan menandai momen kebersamaan dan pengampunan. Proses berbagi dan menyantap ketupat ini secara simbolis mencairkan segala perselisihan yang mungkin terjadi selama setahun. Saat keluarga dan kerabat berkumpul, Ketupek Ketan Santan menjadi media untuk menjalin silaturahmi dan menegaskan kembali ikatan persaudaraan antar kaum.
Dalam beberapa wilayah, Ketupek Ketan Santan juga disajikan saat acara pernikahan sebagai simbol harapan agar kedua pasangan dan keluarga mereka dapat hidup rukun dan lengket seperti ketan yang menyatu dalam santan.
Dengan demikian, Ketupek Ketan Santan adalah warisan kuliner yang abadi, sebuah artefak rasa yang membawa pesan persatuan, kesabaran, dan kemakmuran, yang terus memperkuat fondasi sosial budaya Minangkabau dari generasi ke generasi.

